Cari Blog Ini

Senin, 09 September 2019

Perjalananku


Kisah ini bermula saat aku ikut tes CPNS tahun 2014. Lulus kuliah tahun 2013, waktu itu sih juga ada tes CPNS. Tapi tahun 2013 itu aku gak beruntung. Mungkin karena pengalaman pertama. Baru Desember tahun 2014 aku lulus tes. Tahun 2015 bulan Juni aku masuk kerja dan tinggal di Desa bernama desa Gunung Batu Besar sebuah desa di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.

Flashback sedikit tahun 2013, bulan Mei aku wisuda, bulan September mama meninggal dunia karena sakit yang memang sudah lama dideritanya.  Saat itu aku merasa benar-benar berada di titik terendah dalam hidup aku. Beruntung aku telah menyelesaikan kuliahku. Karena apa yang bisa ku beri untuk mama jika kuliah saja aku belum selesai. Itupun aku memang terlambat menyelesaikan skripsiku. Mama sering bertanya, kapan aku lulus. Kadang dengan rasa kesal ku jawab mama karena sensitif sekali ditanya kapan lulus. Tapi tetap ku usahakan untuk mengerjakan skripsiku. Dari pengalaman itu aku benar-benar belajar, betapa berharganya waktu. Aku tak terbayang betapa menyesalnya aku jika saat mama meninggal aku belum lulus kuliah. 

Dengan gajih ayahku sebagai pegawai negeri  yang pas-pasan, belum lagi adik ku juga masih kuliah. Akupun mencoba mencari kerja. Susah sekali memasukan lamaran ke sekolah-sekolah. Semuanya menolak dengan alasan sudah penuh. Kebetulan aku lulusan FKIP Pendidikan Kimia. Sampai akhirnya ada teman yang menawarkan untuk bekerja sebagai Guru di PAUD tepatnya Tempat Penitipan Anak. Temanku baru membuka sekolah tersebut. Dan memang sedang perlu tenaga. Awalnya ku tawarkan kepada temanku yang lain, dia sangat menyukai anak kecil. Aku sendiri tidak tertarik karena egoku, masa lulusan FKIP pendidikan Kimia ngurusin anak kecil. Biasalah emosi jiwa muda baru lulus kuliah. Hehehehehe. Tapi karena tidak ada yang menerima kerja di sekolah SMP maupun SMA, daripada nganggur di rumah ya sudah lah aku terima kerja di PAUD tersebut. Jadilah kami, aku dan temanku menjadi guru pertama di Tempat Penitipan Anak tersebut. 

Bunda, begitu kami dipanggil anak-anak di TPA. Saat itu cuma ada 2 anak, satu anak TK dan satunya lagi anak bayi baru umur 9 bulan. Dan masyaAllah, seminggu bekerja di TPA begitu luar biasa. Karena anak-anak baru penyesuaian ditinggalkan orangtuanya bersama Bunda, jadilah anak-anak itu nangis gak ketulungan seharian minta gendong gak mau dilepas. Satu bayi saja begitu luar biasa. Kalau anak TK nya,  cuma suka nangis sambil teriak-teriak saja kalau pas mau tidur siang. Tapi lumayan menguras tenaga juga kami menghadapinya. Dan penyesuaian itu berlangsung hampir satu minggu. Jam kerjanya dari pagi sampai sore. Alhasil seminggu kerja di TPA aku tumbang. 

Gajih pertama ku di TPA ku niatkan untuk ku beri pada mama. Saat itu bulan agustus, mama terbaring lemas di kasur. “Ma, gajih ulun pertama ini gasan pian seberataan ma. Sudah ulun niatakan gasan pian” (ma ini gajih aku pertama buat mama semua. Aku sudah niat ini semua buat mama) 
“Kada usah, gasan ikam aja belanja” (gak usah, buat kamu saja untuk jajan) 
“Biar ae ma, ulun sudah teniat” (biar saja ma, aku sudah niat)
“Kada usah, gasan ikam aja” (gak usah, buat kamu saja)
Ya sudahlah akhirnya aku mengalah. Gajih ku memang tak seberapa, hanya hitungan ratusan ribu di bawah 5 ratus ribu. Tapi bagiku gajih pertama itu sangat berarti. 

Kembali ke tahun 2015. Awal bulan Juni. Saat itu seingatku sebentar lagi Ramadhan. Aku harus datang ke sekolah untuk meminta Surat Perintah Tugas dari Kepala Sekolah. Hari itu kamis, malam jumat. Kapal ke desa Gunung Batu Besar akan berangkat malam itu. Ya, saat itu yang ku tahu transport ke desa tersebut hanya dengan kapal laut. Aku bingung sekali, bagaimana mungkin aku pergi sendirian ke sebuah desa dengan kapal laut yang bahkan aku sendiri tidak tahu. Tapi aku tidak punya pilihan lain, aku harus pergi. 

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar